Kamis, 19 November 2009

13 Tahun Puncak Jaya



Sejarah Lahirnya Kabupaten Puncak Jaya

Sebelum berdiri sendiri, wilayah Kabupaten Puncak Jaya merupakan bagian dari Daerah Tingkat II Paniai yang kini dikenal sebagi Nabire. Perjuangan pembentukan Puncak Jaya sebagai sebuah kabupaten merupakan buntut dari pelayanan pembangunan yang tidak tidak dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah tersebut, dibandingkan dengan masyarakat pesisir. Hal ini diakibatkan oleh akses yang yang sangat sulit. Pemekaran ini sendiri dilakukan setelah melalui berbagai pertimbangan, dan didukung oleh data akurat, serta keinginan masyarakat yang begitu besar, sehingga Pemerintah Pusat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996 tanggal 13 Agustus 1996, menyatakan Puja layak dimekarkan menjadi sebuah Kabupaten administratif, dengan ibukotanya di Enarotali. Tanggal 8 Oktober 1996 adalah hari yang tidak bisa dilupakan. Maklum saja saat itu lapangan Mandala Jayapura, bersama ribuan orang menjadi saksi sejarah lahirnya kabupaten baru tersebut. Menteri Dalam Negeri Yogi S. Memed ketika itu meresmikan dan melantik Drs. Ruben Ambraw, sebagai bupati pertama kabupaten. Beberapa hal penting yang dilakukan pada saat itu seperti pembentukan 5 Sub Dinas, yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yaitu Sub Dinas PU, Sub Dinas Kesehatan, Sub Dinas Petanian, Sub Dinas Pendapatan Daerah dan Sub Dinas P dan K. infrastuktur jalan yang menghubungkan Mulia-Ilu-Jayawijaya-Tolikara, sementara di bidang Pemerintahan dilakukan pemekaran desa dari 102 desa menjadi 147 desa/kampung.

Setelah era Ambraw muncul Drs. Philipus Andreas Coem. Pada saat itu ditandai dengan lahirnya DPRD Kabupaten Puncak Jaya, berdasarkan hasil pemilu tahun 1999, bersama dengan peresmian gedung kantor Bupati Puncak Jaya Pagaleme Mulia oleh Pejabat Gubernur Provinsi Irian Jaya Musiran Darmosuwito.
Tanggal 5 Juli 2001 DPRD Kabupaten Puncak Jaya untuk pertama kali melakukan pemilihan Bupati/Wakil Bupati Puncak Jaya bertempat di Aula gedung GIDI Mulia, dimana saat itu terpilih pasangan Drs. Elieser Renmaur dan Lukas Enembe, S.IP, DIP, CL sebagai Bupati/Wakil Bupati Puncak Jaya periode 2001-2006, dengan Drs. Henok Ibo Sekretaris Daerah. Pada era kepemimpinan inilah disusun konsep pembangunan Puja yang lebih terarah, terencana dan terpadu yang dikemas dalam "Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Puncak Jaya 2001-2005", dengan visi: "Terbukanya isolasi alam untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Puncak Jaya yang lebih berkualitas dalam pendidikan, kesehatan, dan perekonomian". Selain itu juga ditandai dengan lahirnya lambang Kabupaten, serta pembangunan RSUD Mulia, dan pembentukan Polres Persiapan Puja pada tahun 2004. Tahun 2007 Enembe kembali maju sebagai calon bupati Puja, berpasangan dengan Henok Ibo, yang akhirnya terpilih setelah menang mutlak, dengan perolehan suara
sebanyak 54.929 suara dari 93.046 suara sah. Kini dalam usisnya yang ke 13 tahun ini Puja terus berbenah.

***

Perayaaan HUT 13 Kabupaten Puncak Jaya

Menurut kabag Infokom Setda Puja, Drs. Hendrik Bilanglabi untuk peringatan HUT pemkab mengadakan perayaan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dengan mengadakan seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani mengusung tema “Dengan Usia Kabupaten Puncak Jaya yang ke 13 Kita Tingkatkan Kualitas Iman Masyarakat, Menyambut Proklamasi Akhir Zaman, sedangkan sub tema “Kerukunan Antar Umat adalah Kunci Keberhasilan Pembangunan Iman Menuju Kehidupan yang makin Damai, Aman, Tenteram, dan Sejahtera”, kali ini menghadirkan Papua prophetic call yang dipimpin oleh pdt. Hendrik Wieland, dan dimeriahkan oleh vocal group Papua Sion Keep, persatuan paduan suara dari seluruh denominasi gereja di Kabupaten Puncak Jaya. Seminar yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 6 Oktober 2009 di gedung gereja GKI Mulia, itu dibuka oleh wakil Bupati Puncak Jaya Drs. Henok Ibo. Dalam sambutannya Ibo mengungkapkan bahwa untuk membangun Puncak Jaya bukan hanya perlu materi dan fisik, namun juga kualitas keimanan dan kerohanian dari segenap warga masyarakat maupun pemerintah. “Iman harus dibangun sebagai dasar untuk melakukan kegiatan dan aktivitas kita,” kata Ibo. Masih rangkaian dari kegiatan ini akan dilanjutkan dengan acara Kebaktian Kebangunan Rohani KKR), yang dilaksanakan dari tanggal 6 hingga 7 Oktober 2009 di lapangan pameran pembangunan Kota Baru. Secara keseluruhan peringatan HUT ini berlangsung aman. Puncak dari acara tersebut dilakukan ibadah syukuran pada tanggal 8 Oktober. Acara ini sendiri dihadiri oleh sekitar 10-ribuan masyarakat, tokoh agama, pemuda, adat, bupati, dan segenap jajaran SKPD. Yang unik dari perayaan ini adalah semangat kerukunan antar agama, karena kepanitiaan dan peserta melibatkan semua unsur agama.

Menurut kapolres Puja Kris Rihulai untuk mengamankan jalannya perayaan, pihaknya menurunkan seluruh personil yang ada termasuk satuan Brimob, bekerjasama oleh aparat TNI. Yabu Eruwok (Pat/R3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar