Jumat, 20 Agustus 2010


Awasi Bahaya Laten Teknologi Informasi

Dewasa ini kebutuhan teknologi informasi sudah memposisikan dirinya menjadi sebuah kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua kalangan sudah tersentuh dengan salah satu bentuk arus modernisasi ini. Mulai dari anak kecil, hingga dewasa. Bahkan sebelum munculnya situs-situs pertemanan seperti facebook, twitter, multyplay, dan friendster, yang bisa diakses melalui hand phone terlebih dahulu teknologi internet sudah digandrungi oleh hampir semua kawula. Selain digunakan untuk hal-hal positif tidak jarang juga yang menggunakannya untuk mengakses hal-hal negatif.

Dalam sebuah penelitian di ssalah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Mojokerto, tahun 2008 lalu mengenai dampak penggunaan hand phone bagi pelajar, menyimpulkan bahwa hand phone sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa, untuk itu mengurangi penggunaan handphone harus dikurangi.

Seiring dengan maraknya kebutuhan akan teknologi informasi, di Kota Jayapura, selain penggunaan hand phone super canggih dari berbagai merek, juga bermunculan tempat penyewaan internet (warnet) di beberapa titik. Hampir semua warnet terutama pada malam hari akan ramai dikunjungi. Dari pantauan Foja di beberapa warnet di Kota Jayapura pengunjung bahkan harus rela mengantri untuk mendapatkan kesempatan menggunakan salah satu ruang sewa.

Menurut Oki, salah seorang penjaga warnet yang terletak di jantung Kota Jayapura, warnet jagaannya itu buka sejak jam 09.00 hingga 00.00. “Ramainya pas mulai sore. Pada malam minggu atau hari Minggu pengunjung membludak, bahkan harus antri. Dari pengunjung yang datang rata-rata kawula muda. Mereka biasanya minta dibuatkan facebook. Ya terpaksa dilayani,” kata Oki. Mereka rata-rata main FB, hanya sedikit yang cari data. Bahkan sering ada kejadian mereka minta cetak gambar seronok. Ada juga yang men-dwonload film-film. Tak jarang juga yang datang untuk keperluan tugas sekolah atau kampus. Yang pasti bahwa seorang pengunjung mampu menghabiskan waktu dua hingga tiga jam bahkan hingga lima jam. “Sejam 7.000 rupiah mas,” kata Icha salah seorang pengunjung.

Direktur Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Papua (YPKM), Tahi Butar Butar, M.Kes mengatakan penggunaan teknologi yang salah, akan berdampak sangat negatif terhadap generasi muda bahkan semua kalangan. “Berbagai media sekarang sangat berpotensi untuk mempengaruhi perilaku seseorang, mulai dari internet, hand phone, televisi, media cetak. Serbuan media ini sangat dahsyat. Fakta bahwa yang aktif mengkonsumsi tayangan berbau pornografi ini adalah usia produktif, dan seksual aktif. Jika ia menkonsumsi tayangan itu maka secara otomatis akan ada dorongan seksual, dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya perilaku yang menyimpang, bahkan kekerasan seksual,”. Sadar atau tidak sadar, 80% tayangan media televisi sekarang adalah tontonan yang menggiurkan.

Untuk itu pihak media juga memperhatikan jadwal tayang dari tayangan berbau pornografi, dan lebih selektif dalam memilih informasi atau tayangan. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua menjaga anaknya dari ancaman perilaku menyimpang akibat dari tontonan yang kurang mendidik. Jika pengaruh negatif ini bisa dicegah sejak dini, maka kemungkinan untuk terjebak pada perilaku menyimpang tidak akan terjadi.

Hal senada diungkapkan oleh oleh Ketua KPA Papua, Drh. Constant Karma bahwa dampak negatif dari era globalisasi teknologi informasi, terutama penggunaan internet maupun hand phone canggih, di kalangan pemuda maupun pelajar harus diantisipasi. Dampaknya akan menjerumuskan generasi muda Papua terutama dalam pergaulan bebas, sehingga tingkat penyebaran HIV/AIDS akan semakin tinggi di Papua. Mulai sekarang harus sudah ada langkah antisipasi dan pencegahan terutama para generasi muda.

Generasi muda juga harus peduli dengan ancaman virus ini dengan tetap menjunjung nilai-nilai agama. Jika ingin menggunakan teknologi seperti internet maka harus gunakan sesuai dengan tempatnya, terutama untuk kebutuhan informasi maupun pendidikan, tidak boleh menggunakan untuk hal negatif. Hampir 4 juta situs porno telah tersebar di internet, ini membuktikan bahwa pengaruh porno begitu gampang diakses. “Salah satu hal negatif yang ditimbulkan oleh dari era globalisasi ini, adalah tingginya penggunaan situs porno di kalangan generasi muda,”.

Sekarang ini teknologi dan informasi sudah menjadi kebutuhan mendasar, terutama bagi kalangan akademisi, maupun lembaga. “Mau tidak mau kebutuhan akan IT sudah menjadi barang yang tidak bisa dibendung lagi keberadaannya. Yang kita inginkan sekarang adalah penggunaan internet sehat, dimana upaya dari seseorang untuk memanfaatkan teknologi ini secara positif. Jadi dalam mengakses informasi tergantung kepada masing-masing pengguna,” kata Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Marajohan Panggabean. Panggabean juga menyesalkan susahnya memerangi situs-situs porno yang dapat diakses oleh pengguna. “Untuk memblokir situs-situs tersebut susah!. Masalahnya karena hal ini juga terkait dengan kepentingan bisnis,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura Drs. Anwar Ma’mun MS.i, bahwa kurikulum yang diterapkan sekarang berbasis Information Communication dan Technologi (ICT), yang merupakan pengembangan dari Information Technologi (IT). Ini sudah menjadi keharusan di tingkat sekolah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Soal informasi yang diakses merupakan pilihan. “Kita berharap mereka bisa memanfaatkan internet sebagai sumber informasi bagi materi pembelajaran. Bahkan buku pendidikan, yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan sekarang ini bisa dibeli melalui internet, dengan harga yang lebih murah. Tinggal kita gandakan saja” katanya.

Lewat akses internet juga sudah dapat menjadi sumber materi bahan pengayaan, atau penambahan materi pembelajaran. Yang ke tiga dapat digunakan sebagai kegiatan penugasan dan penilaian. Sekarang ada guru yang memberikan tugas melalui internet, kemudian dikerjakan, serta dikirim kembali lewat internet. Biasanya ini diterapkan oleh guru-guru yang mengajar IT. Di sekolah sekarang kan ada mata pelajaran Teknologi Informasi. Inilah yang menjadi sisi positif dari kehadiran teknologi canggih di bidang pendidikan. Persoalan bahwa ada yang menggunakan kemudahan itu untuk hal-hal negatif tentunya sangat disayangkan karena ini sangat merugikan diri sendiri, terutama dari segi psikologinya.

Tugas pendidikan bukan hanya tugas pemerintah sekolah dan orang tua, tetapi juga lingkungan masyarakat jadi untuk itulah semua pihak harus perduli. Misalnya saja penyedia jasa penyewaan internet, seharusnya ikut melakukan proteksi agar pengunjung tidak bisa mengakses situs-situs tersebut. Saya pikir kalau seorang anak dibekali dengan pengetahuan agama yang baik maka ia tidak akan terjebak ke dalam hal-hal negatif. Demikian pula dengan facebook yang sedang tenar sebenarnya juga mempunyai fungsi pembelajaran. Banyak yang bisa digali dari orang lain. Selain itu sebenarnya IT jika berfungsi dengan baik, mampu memberi pembelajaran bagaimana memiliki potensi entreprenauship sejak awal. “Kesimpulannya manfaat dari teknologi ini lebih banyak ketimbang dampak negatifnya,” tukasnya.

Regional Manajer Wahana Visi Indonesia (WVI) Papua mengatakan bahwa pada dasarnya teknologi media yang lagi tren di kalangan remaja saat ini seperti facebook, sangat baik. Media ini bisa kita manfaatkan untuk menggali dan menyampaikan informasi yang baik untuk membangun karakter. “Ini hanya alat yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan sebuah ide atau gagasan, jadi tergantung kepada orangnya digunakan untuk apa,”. Karetji sangat menyayangkan bahwa banyak media seperti ini yang digunakan tidak semestinya. Misalnya komentar-komentar yang sebenarnya tidak perlu ditampilkan dimunculkan juga. “Banyak pengguna yang hanya menyampaikan informasi yang tidak penting. Itukan tidak berguna,” katanya.
Untuk media lain seperti internet banyak pihak yang berpandangan bahwa hal itu berdampak negatif bagi aspek kehidupan, terutama bagi remaja. Teknologi sekarang ini sudah memainkan perannya dalam kemajuan dunia pendidikan. ”Saya ambil contoh Papua yang memiliki kondisi geografis, yang tidak mudah diakses, sementara kebutuhan akan pendidikan sangat diinginkan masyarakatnya. Jika kita menggunakan sistim konvensional seperti sekarang kan sangat sulit.

Misalnya kita menempatkan sejumlah guru di sana, mereka ini akan sangat kesulitan dalam hal penunjang baik untuk materi pembelajaran, maupun untuk diri sendiri. Ini menjadi masalah yang kompleks. Untuk itu teknologi informasi menjadi sebuah solusi sebagai jembatan penghubung antar daerah terisolir. Jadi seorang guru yang ditempatkan di sana mampu memfasilitasi proses belajar. Kita sudah mulai mencoba teknologi seperti ini yang diujicoba di Keerom, melalui kerjasama ITB dengan Dinas Pendidikan Provinsi Papua, dengan menggunakan teknologi infra red, sehingga proses prmbelajaran bisa dilakukan baik on line maupun off line. Jadi intinya teknologi harus dipandang sebagai sebuah sumber daya, kalau tidak dimanfaatkan, maka kita akan merayap dalam pembangunan. Tinggal bagaimana mempersiapkan masyarakat untuk menerima perubahan ini.

Modern yang Sebenarnya
Sosiolog Universitas Cenderawasih lebih gamblang membeberkan persoalan pengaruh teknologi ini bagi masyarakat. “Secara teoritis, pada proses transformasi budaya, maka ada dua istilah yang dipakai yaitu westernisasi yang cenderung mengikuti kebiasaan dunia barat, seperti cara berpakaian, cara makan, life style, teknologi, gaya berfikir, tingkah laku dan lain-lain. Sementara istilah yang lebih sering digunakan adalah modernisasi, yang terjadi karena ada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, yaitu langsung menyentuh, melalui perubahan perilaku, norma, biasanya melalui media.

Proses masuknya informasi ke dalam masyarakat, melalui tiga tahapan, yaitu mengenal, meyakinkan diri bisa memberikan manfaat dan memakai. Pada proses memakai inilah yang sangat menentukan apakah ia menggunakan untuk positif atau negatif. Untuk itu pengaruh modernisasi ini memerlukan filter, jika tidak ingin menghancurkan masyarakat.

Filter yang dimaksud adalah bagaimana orang mempersiapkan diri menerima modernisasi, agar tidak menjadi alat atau objek dari teknologi. Dalam hal ini pengguna teknologi harus selektif artinya sebuah inovasi, media baru, sebagai lambang dari modernisasi, pada dasarnya diciptakan dengan sebuah akses manfaat, tinggal bagaimana konsumen menggunakannya, sehingga harus siap, baik mental, psikologi, norma agama dan lain-lain. “Saya khawatir saat ini malah terjadi shock culture, yaitu tidak ketidakmampuan menggunakan teknologi secara baik pada generasi muda. Bagi mereka yang menggunakan teknologi secara negatif dia tidak merasakan manfaat, tetapi hanya sebagai alat dan itu artinya ia dikuasai oleh teknologi, dan itu tidak bisa disebut modern,”. Menurutnya yang menggunakan teknologi untuk hal positif, maka itu yang disebut menguasai teknologi dan modern. “Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan modern bukan bentuk fisik saja seperti bangunan, sarana prasarana, teknologi canggih, tetapi merupakan sebuah kesatuan termasuk perubahan perilaku, atau nilai tambah, yang diperoleh melalui pemanfaatan teknologi. Misalnya hasil pertanian yang meningkat karena penggunaan traktor, materi pembelajaran yang up to date melalui pemanfaatan teknologi internet. Hal seperti inilah yang dimaksud dengan modern,” katanya.

Lebih lanjut Levaan mengatakan bahwa UU Otsus sebenarnya membawa nilai-nilai modernisasi bagi masyarakat Papua, seperti bagaimana menjaga harkat manusia, bagaimana membangun di segala bidang. Pertanyaannya adalah sejauh mana nilai-nilai ini diterapkan secara baik. Salah satu faktor adalah harus ada perda-perda yang mengatur agar diikuti oleh masyarakat Papua, namun pada kenyataannya belum dilaksanakan. Jadi sebenarnya modernisasi di Papua masih sebatas symbol atau stigma, belum sampai pada perubahan perilaku. (Junaedy Patading)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar