Kamis, 03 Desember 2009

Kerajinan Kulit Kayu Kombo di Asei Pulau, Sentani




Sejak dahulu Papua memiliki seni dan budaya yang unik. Hal ini terbukti dengan berbagai kesenian dan kerajinan, yang telah dikenal luas di tingkat nasional maupun internasional. Produk hasil kerajinan ini diakui sebagai sebuah karya seni tinggi. Bahkan beberapa produk kerajinan tangan dari pengrajin asal Papua yang telah menembus pasar internasional, seperti tifa, panah, tombak, ukiran, patung, noken, dan lain-lain.

Melihat potensi sumberdaya Papua tersebut, maka Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM Provinsi Papua, mencanangkan berbagai program pelatihan bagi kelompok-kelompok pengrajin bekerja sama dengan Direktorat Ekspor Produk Industri dan Pertambangan dan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM Provinsi Papua mengadakan workshop yang diadakan di kampung Asei Pulau Kabupaten Jayapura tanggal 2 hingga 5 Mei lalu, dengan mendatangkan instruktur-instruktur berpengalaman. Tidak tanggung-tanggung pihak dinas terkait mendatangkan instruktur dari luar Papua. Bertindak sebagai instruktur Suparman dan Sri Suwarni dari Balai Kerajinan Batik Yogyakarta.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM Provinsi Papua, Drs. Kaleb Worembai, MM pelatihan ini dilaksanakan melihat potensi dan minat masyarakat terhadap kerajinan tangan. “Hal ini kami lakukan dalam rangka pengembangan kreasi baru, dengan memanfaatkan bahan baku kulit kayu kombo mengingat selama ini hasil kerajinan mereka masih terpaku dengan kerajinan local, padahal mereka memiliki potensi dan keuletan yang bisa dikembangkan,” kata Kaleb.

Kegiatan workshop yang berlangsung selama empat hari ini diikuti oleh sekitar 38 orang yang terbagi dalam lima kelompok pengrajin. Menurut Kepala Kampung Asei pulau Marthen Ohee kegiatan ini hanya direncanakan akan diikuti oleh tiga puluh orang peserta. “Namun animo masyarakat begitu tinggi sehingga panitia terpaksa menerima mereka yang datang untuk ikut pelatihan,” ungkap Marthen.

Walaupun hanya berlangsung selama empat hari namun kegiatan ini mampu menghasilkan lebih dari dua puluhan jenis produk kresi baru, seperti tas, tempat lampu, sandal, bingkai foto, tempat tissue, dan lain-lain, dengan kualitas dan nilai jual yang cukup tinggi. “Kami memanfaatkan sumber daya yang ada yaitu kulit kayu kombo yang banyak dijumpai di kampung kami, yang ditopang dengan bakat seni dari masyarakat Asei Pulau. Sebelumnya Kulit kayu Kombo ini telah digunakan namun hanya untuk beberapa kerajinan seperti hiasan dinding,” ujarnya. Marthen juga menyatakan kebanggaanya dengan prestasi dari masyarakatnya tersebut. “saya sebagi kepala kampung sangat bangga dengan hasil kresi mereka, namun sangat disayangkan pelatihan ini hanya berlangsung selama empat hari, seharusnya bisa lebih lama lagi,” harapnya.

Sementara itu Kepala Sub Bidang Aneka Industri dan Kerajinan Iriana Trimurty Ryacudu dari Direktorat Perdagangan Luar negeri mengungkapkan bahwa ini adalah bagian dari program “One Village One Product” (satu daerah, satu produk) dari pihaknya. Ia juga menyatakan kekagumannya terhadap para pengrajin asal kampung Asei Pulau ini. “Mereka sudah memiliki kemampuan dasar dan sangat proaktif sehingga innstruktur tidak menemui kesulitan dan tinggal mengarahkan,” kata Iriana. Pada kesempatan tersebut Iriana juga menyerahkan bantuan berupa tiga buah mesin jahit kepada masyarakat kampung Asei Pulau.

Ke depannya para pengrajin kampung Asei Pulau juga bisa meningkatkan produktivitas hasil karyanya melalui bantuan berupa mesin pengering, mesin tumbuk, dan mesin pres, dan dua buah bangunan sebagai sentra kerajinan, yang merupakan aspirasi masyarakat kepada menteri perdagangan Republik Indonesia Mari Elka Pangestu dalam kunjungannya bulan Januari tahun 2006 lalu, yang segera direspon oleh menteri pada tahun berikutnya.

Hingga saat ini bantuan tersebut belum berperan maksimal akibat dari kemampuan para pengrajin yang belum memahami secara jelas operasional dari peralatan tersebut. Untuk itu pihak dinas terkait akan segera menindaklanjuti keadaan tersebut. “Kami akan segera menyediakan pihak pendamping untuk mengoperasikan alat tersebut, sehingga kreasi dan produktivitas para pengrajin bisa ditingkatkan,” janji Kaleb.
Menurut Kaleb Worembai nantinya hasil kerajinan ini akan dipamerkan, sehingga bisa menembus pasar nasional maupun internasional, seperti hasil kerajinan sebelumnya. Kaleb juga mengungkapkan pelatihan ini bukan hanya sampai disini tetapi kedepannya akan dilakukan pelatihan dengan jangka waktu yang lebih lama, sehingga dampaknya lebih maksimal. ”Saya sangat kagum dengan prestasi mereka. Pelatihan ini hanya berjalan empat hari tetapi bisa menghasilkan puluhan jenis produk, jika waktunya lebih lama maka hasilnya lebih akan bertambah, seiring dengan peningkatan kualitas pengrajin sendiri,” kata Kaleb bangga.

Selain itu pihaknya juga telah mengadakan pembinaan serupa di daerah lain. “Kami sudah mengadakan kerjasama dengan pihak lain seperti Askes dan Telkom, untuk mengadakan pelatihan serupa,” ungkapnya kepada Foja. Saat ini Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan PKM Provinsi Papua juga sedang mengembangkan berbagai kegiatan usaha kecil masyarakat Papua seperti industri kulit buaya di merauke, pembuatan batako di Boven Digul, peternakan lebah madu, dan industri pengolahan kopi di Wamena, dan lain-lain, sebagai bagian dari program Rencana Strategi Pembangunan Kampung (RESPEK). “Kami dari dinas terkait akan terus mendorong usaha kecil dan menengah baik lewat fasilitas sarana, pelatihan, maupun permodalan. Dengan bertumbuhnya sentra-sentra usaha kerajinan seperti ini diharapkan akan meningkatkan taraf hidup, dan perekonomian rakyat Papua,” ujarnya. (R3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar